Dipoting dimilis FLP Andalas, Jakarta, 26 Maret 2008
Mengikuti kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Shirazy, novel keduanya, Ketika Cinta Bertasbih, bakal diangkat ke layar lebar. Film ini akan diarahkan sutradara kawakan Chaerul Umam, dan penggarapannya dikerjakan rumah produksi SinemArt.
Kang Abik --sapaan akrab Habiburrahman- - menetapkan syarat yang cukup ketat bagi pemeran utamanya, yakni harus bisa membaca Al-Quran.
"Saya menginginkan agar para pemain benar-benar bisa menghayati tokoh-tokoh yang saya gambarkan dalam novel saya," ujar novelis nomor satu di Indonesia versi organisasi para penikmat sastra dari Universitas Diponegoro, Semarang, ini kepada wartawan, Selasa (25/3), di Jakarta.
"Dan terus terang, saya menginginkan pemain yang memainkan film-film saya ini secara moral dia bersih," kata Kang Abik, seraya menambahkan, jika perlu, gelar audisi untuk mencari pemain-pemain yang tepat untuk tokoh-tokoh di novelnya itu.
"Kalau misalnya ada tokoh-tokoh yang bisa membaca Al Quran dengan bagus, jadi wajar, jika audisinya ada bagian membaca Al Quran."
Selain soal pencarian calon-calon pemain, SinemArt, melalui siaran persnya menyebutkan telah memasang target untuk dapat mengambil gambar untuk keperluan sejumlah adegan di film ini, di Kairo, Mesir. Syuting di negeri Piramida ini dirasa perlu dilakukan, kembali dengan alasan yang sama, penyesuaian dengan alur cerita yang telah tertuang dalam novel Kang Abik.
"Syarat-syarat film ini sama dengan syarat sebelumnya (Ayat-Ayat Cinta). Saya selalu menginginkan agar filmnya itu sebisa mungkin dekat dengan karya aslinya. Artinya, di dalam Ketika Cinta Bertasbih, ada setting-nya di Kairo, makanya saya minta sebisa mungkin diadakan untuk setting di Kairo atau lokasi yang dekat dengan Kairo," papar Kang Abik.
Sebelumnya, pada Ayat-Ayat Cinta, Kang Abik pernah bertutur, mengangkat novel ke layar lebar ini bukanlah perkara mudah. Pihak produser film kerap menemui kendala. Syarat syuting harus di Kairo, Mesir, ternyata gagal terlaksana. Lokasi syuting akhirnya dipindahkan ke India, Semarang, dan Jakarta. Penggarapan film klasik Cleopatra produksi Hollywood saja, kata Kang Abik, mentok tak bisa digelar di Mesir, hingga akhirnya dilakukan di Maroko.
Kejelian memilih pemain-pemain atau penentuan lokasi syuting, menurut Kang Abik, merupakan dua contoh standar yang harus ditanamkan dalam mengangkat dua karyanya itu ke layar lebar. Alasannya mudah ditebak, para pembaca telah memiliki imajinasi tersendiri atas novelnya itu. "Syukur kalau kita bisa melebihi imajinasi pembaca," harapnya.
Ketika Ayat-Ayat Cinta telah dikabarkan telah mampu meraup tiga juta penonton, lantas apa ekspetasi penulis muda ini untuk Ketika Cinta Bertasbih? "Hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, dan besok kalau bisa lebih baik dari pada hari ini. Ketika saya menulis karya-karya saya, saya selalu berikhtiar dan berusaha agar karya yang saya tulis hari ini lebih baik dari pada kemarin. Ekspetasi saya, saya harus optimis, nanti, film Ketika Cinta Bertasbih juga lebih baik."
Sebagai langkah awal penggarapan, SinemArt telah memilih Chaerul Umam sebagai sutradara film ini.
Chaerul sebelumnya telah dikenal dengan karya-karya besarnya seperti Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Nada dan Dakwah, dan Fatahillah. Pada tahun 1992, Chaerul digelari "Sutradara Terbaik" pada perhelatan Festival Film Indonesia melalui film arahannya, Ramadhan dan Ramona.
Sementara untuk penulisan skenario, sepenuhnya diserahkan kepada Imam Tantowi, penulis yang sering berduet dengan Chaerul.
Menurut rencana, Ketika Cinta Bertasbih akan memulai syuting pada Agustus 2006, dengan target rilis di bioskop-bioskop di Indonesia jelang tutup tahun 2008.