::..Instalasi Mikrotik (router/bandwidth/wireless). Instalasi jaringan internet, LAN, mikrotik, router, hotspot dan voucher hotspot serta maintenance warnet. email:sila.sazali@gmail.com.::

Happy New Year, 1430 H and 2009 M

Tak terasa, ternyata kita udah di penghujung tahun ini. Tahun 1429 H dan 2009 M. Dua tahun ini hanya berbeda perhitungan dari pergerakan bulan dan matahari. Rasanya, aku baru kemarin menulis di akhir tahun 2007, eh ternyata sekarang aku sudah menulis kebiasaanku di tahun lalu, tapi di ujung tahun yang berbeda, tahun 2008. Aku merasa akhir tahun adalah refleksi yang paling pas untuk mengkoreksi selama satu tahun yang kita lakukan.

Sebuah perubahan datang di akhir tahun? Tidak. Perubahan hanya akan datang perlahan seiring dengan kekuatan hati dan tindakan kita yang perlahan berubah dari kebiasaan. Namun, sekali lagi, akhir tahun adalah masa yang pas melihat balik aktivitas kita selama satu tahun.

Saya selalu tertarik menulis blog di akhir tahun. Entah karena kebetulan aku lagi ingin menulis, entah karena faktor apa. Yang jelas, tahun 2008 ini, banyak sekali yang menjadi catatan perjalanan kehidupanku. Semua yang kulalui dalam setiap item agenda besarku, seolah-olah memiliki kesan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Semoga, semua memori yang tersimpan di tahun 2008 menjadi catatan untuk koreksi tahun depan yang lebih baik. Aku coba meyakinkan, bahwa tahun depan menjadi masa yang lebih baik dari pada tahun ini. Selamat tahun baru, para pembaca blogku...!!

Read More......

Dua Dekade IK, Malam Penuh Keakraban

Dua dekade Ilmu Kelautan Unri, bukanlah usia yang muda. Selama dua puluh tahun, IK Unri telah mencetak sarjana-sarjana terbaik di bidang Ilmu Kelautan. Memperingati dua puluh tahun IK inilah, alumni IK, mulai angkatan pertama ('88) sampai angkatan terakhir ('04) hadir di perhelatan ini. Bukan itu saja, acara ini juga ditambah dengan syukuran karena IK berhasil mendapat akreditasi A dari dikti.


Sebagai ajang silaturrahmi para alumni, acara ini juga ajang berkumpulnya dosen IK dan keluarga alumni. Aku sendiri, yang dalam acara in merupakan seksi acara dan kebagian tugas sebagai notulen, merasakan sebuah nuansa dan keakraban yang sangat dalam di acara ini. Bertempat di Hotel Ibis,Pekanbaru, pada tanggal 20 Doesember 2008. Pada sabtu (20 Desemberc2008) siang, sekitar pukul 14.00 WIB, acara dimulai. Dipandu moderator bang Icam, acara diskusi napak tilas IK berlangsung dengan nara sumber dosen/sesepuh IK, Prof. Rasul Hamidy, Kajur IK, Dr. Sofyan Husein Srg, dan beberapa alumni IK lainnya. Hadir dalam kesempatan tersebut yakni Dkan Faperika dan jajaran, serta seluruh dosen IK. Diskusi hangat tentang menjawab tantangan IK ke depan berlangsung hingga pukul 16.30 WIB. Setelah diskusi, coffe break, acara dilanjutkan dengan sidang, yakni sidang pembentukan pengurus Ikatan Keluarga Alumni IK (IKAL-IK). Terpilih dalam sidang itu Deddy Adrian Kusuma (IK '90) sebagai ketua IKAL-IK setelah mengalahkan Sri Maryati.

Menjelang malam, berbagai persiapan dilakukan, termasuk gladi resik tari sambutan, dan kabaret.

Acara malam dipandu oleh Panji dan Firdaus (presenter kocak jebolan IK Idol) yang super heboh. Setelah beberapa selingan oleh dua presenter tersebut, acara dimulai dengan pembacaan ayat Suci Alquran, dan doa. Acara tari persembahan dibawakan oleh mahasiswa IK 07 dan 08, lalu dilanjutkan dengan sambutan oleh Kajur IK, Dr. Sofyan Hussein Srg. Acara selanjutnya adalah pembacaan SK nama-nama pengurus Ikatan Keluarga Alumni IK (IKAL-IK) oleh Sekjur Ibu Ir. Irvina Nurachmi, MSc.

Pelantikan dilakukan oleh rektor Unri, Prof. Dr. Ashaluddin Jhalil, sekaligus sambutan. Dalam sambutannya, rektor mengatakan bahwa sudah saatnya alumni yang terbentuk memberikan peran serta yang kontributif dan menjadi citra almamater yang baik.

Setelah pemotongan tumpeng Ultah, Rektor meninggalkan acara. Acara dilanujutkan dengan hiburan, dan semakin meriah dengan nyanyian beberapa dosen, yakni Dr. Rifardi dan Dr. Joko Samiaji.

Acara yang ditunggu-tunggu datanga juga, yakni kabaret. Stori-nya mengisahkan kelahiran bayi mungil bernama Ilmu Kelautan. Liku-liku kehidupan dan problematika dari Ilmu Kelautan disajikan dengan sangat lucu dan kocak, mengundang gelak-tawa para hadirin.

Bagi alumni, dan temen-temen yang tidak hadir, rasanya anda melewatkan sesuatu yang sangat sakral pada malam itu... (He..he..kayak ospek di kampus Dumai aja).

Read More......

Akhirnya..., Kuraih Juga Gelar Sarjana

Perjuangan yang panjang, terjal dan berliku menjadi warna-warni tak terlupakan sepanjang perjalanan kuliahku. Beban dan tanggung jawab itu semakin berat tatkala aku harus menyelesaikan apa yang telah aku mulai, sebuah penelitian untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Diawali dengan semangat dan bantuan pembimbing yang sangat berarti, aku berhasil mendapatkan bantuan beasiswa untuk penelitian, I-MHER Project.


Kisah selanjutnya terus kujalani, pengambilan sampel di tambak udang Bengkalis, lalu isolasi bakteri di laboratorium terpadu Ilmu Kelautan Faperika Unri, dilanjutkan perjalanan panjang di Biotech Center, tepatnya di laboratorium Teknologi Gen untuk menghetahui spesies bakteri yang aku isolasi. Sebulan di sana, bukanlah hal mudah, beberapa kali gagal dan ujicoba lagi, pada akhirnya aku berhasil juga.

Setelah sekian lama bertungkus lumus menyelesaiakn skripsi, menyempatkan waktu sambil bekerja, akhirnya aku berhasil melewati masa-masa yang paling menentukan. Aku berhasil ujian sarjana dan mendapatkan nilai A (dengan nilai 82,4) pada tanggal 29 November 2008. Itu merupakan hadiah untuk akhir tahun menyambut tahun baru Islam dan masehi bagiku.

Meski demikian, keberhasilanku ini bukan sebuah akhir, namun justru baru awalnya saja. Bagiku, liku-liku di depanku lebih panjang dan runyam. Meski demikian, ini harus aku syukuri, karena paling tidak, jenjang pendidikan ku di S1 ini adalah sdikit bekal untuk menapaki dunia sesungguhnya.

Read More......

My ALbum

Saat Liburan 25 Desember 2009, Ke Bukittinggi







Pertapa di Lembah Harau, menuntut pembebasab Palestina













Pertapa berhasil mendapatkan tenaga dalam














Pertapa dengan Keponakan














Pertapa senang

Read More......

RT RW Net, Barang Apa Itu?

RT RW sudah biasa, tapi RT RW Net? Mungkin belum semua orang tahu. Pada prinsipnya, RTRW Net merupakan akses internet yang diperuntukkan ke rumah-rumah untuk warga se RT/RW. Artinya, semua warga dalam suatu lingkup RT/RW yang ingin memiliki layanan internet bisa membuat jaringan internet sendiri bagi RT/RW mereka, dan dikelola sendiri, meski sumber aksesnya atau ISP dari luar.


Bagi yang memiliki otak bisnis, ini adalah masa depan yang cerah, melihat jaringan kabel telepon belum banyak menjangkau perumahan-perumahan baru. Di sini prospeknya!

Bagi kelompok warga yang bersemangat membangun jaringan ini tidaklah begitu sulit. Di sekitar kita, (saya di Panam, Pekanbaru), sebenarnya sudah banyak perusahaan yang menyediakan akses untuk RT/RW Net. Riau Pos Net, anak perusahan PT Riau Pos telah hampir setahun melayani warga maupun kantor yang ingin mendapatkan akses internet.

Masalah peralatan dan maintenance, anda yang ingin memasang sebaiknya konsultasi dengan orang-orang yang berkecimpung dalam hal ini. Mencari orang-orang IT yang paham akan hal ini tidaklah begitu sulit. Biasanya, warga memiliki kenalan dengan orang IT, dan orang ini biasanya memiliki jaringan yang luas kalau hanya sekedar bersalaman dengan orang-orang berbasis RT RW Net.

Read More......

Ramadhan Kembali

Alhamdulillah, Ramadan kembali. Menyambut ramadan kali ini, aku terlalu banyak aktivitas sehingga aku menyambut dengan biasa-biasa saja. Cukuplah kegembiraan dalam hati dalam menyambut dan mengisi ramadan 1429 H. Bukan harusnya begitu suasana hati kita? Ada hadits yang mengatakan bahwa dengan kegembiraan saja menyambut ramadan, bakal diharamkan jasad kita dari api neraka. Subhanallah.



Beberapa kawan-kawan "Ayah House" mengajakku menikmati sore ramadan dengan berjalan ke Bangkinang, melihat Balimau Kasai. Tapi aku tidak ikut, beberapa alasan saja sih. Entah bagaimana, aku merasakan kualitas ibadahku di Ramadan ini lebih menurun dari tahun lalu. Tadarus kurang, hanya ketika selesai tarawih di musholla. Sementara kalau sudah di rumah aku seolah tidak sempat.

Pikiranku banyak sekali di awal ramadhan ini. Ada kawan yang minta ditemenin beli laptop seken, eh setelah dibeli, seminggu kemudian harus kuurus kembali gara-gara rusak. Nego harga juga melelahkan, karena pertimbangan ganti laptop yang lain atau service saja.

Belum lagi urusan skripsi yang memusingkan kepala. Belum ACC, cari bahan, dan mepetnya jadwal seminar hasil membuat otak ini jadi sesempit gajah duduk dalam kulkas.

Pekerjaan? Buanyak banget. Ada klien banyak klien yang harus dilayani karena sering lambat koneksinya, adalagi yang bolak-balik cek internet tapi ga mau bayar. Beginilah kerja yang banyak merangkap, teknisi juga penagihan. Meski terkadang dapat rejeki, tapi entah kemana perginya. Ga ada yang bisa disimpan.

Mudah-mudahan momentum ramadan ini aku bisa menjalani ramadan lebih baik, mencari pahala dengan amalan-amalan meski ditengah kesibukan. Aku minta nasehat kamu yang datang ke blog ini ya.

Read More......

Kenapa Muslim Tidak Boleh Makan Babi

Kenapa muslim tidak boleh makan babi?pertanyaan yg sering diajukan oleh orang disekitar kita...Lets see why... Tulisan ini memngungkap mengenai dampak2 negatif dari segi medis yg dapat ditimbulkan karena mengkonsumsi babi.

Bob: Tolong beritahu saya, mengapa seorang Muslim sangat mementingkan mengenai kata-kata "Halal" dan "Haram"; apa arti dari kata-kata tersebut?

Yunus: Apa-apa yang diperbolehkan diistilahkan sebagai Halal, dan apa-apa yang tak diperbolehkan diistilahkan sebagai Haram, dan Al-Qur'an lah yang menggambarkan perbedaan antara keduanya.

Bob: Dapatkah anda memberikan contoh?

Yunus: Ya, Islam telah melarang segala macam darah. Anda akan sependapat bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat?), suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bob: Anda benar mengenai sifat beracun dari uric acid, dalam tubuh manusia, senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam kenyataannya kita diberitahu bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh Ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni.

Yunus: Sekarang saya rasa anda akan menghargai metode prosedur khusus dalam penyembelihan hewan dalam Islam.

Bob: Apa maksud anda?

Yunus: Begini... seorang penyembelih, selagi menyebut nama dari Yang Maha Kuasa, membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh.

Bob: Oh begitu... Dan hal ini menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukannya karena cedera pada organ vitalnya.

Yunus: Ya, sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun; hanya pada masa kini lah, para ahli makanan baru menyadari akan hal ini.

Bob: Selanjutnya, selagi masih dalam topik makanan; Mengapa para Muslim melarang pengkonsumsian daging babi, atau ham, atau makanan lainnya yang terkait dengan babi?

Lebih lanjut lagi, apakah anda tahu kalau babi tidak dapat disembelih di leher karena mereka tidak memiliki leher; sesuai dengan anatomi alamiahnya? Muslim beranggapan kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan ini dengan memiliki leher.

Namun diluar itu semua, saya yakin anda tahu betul mengenai efek-efek berbahaya dari komsumsi babi, dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham, atau bacon.

Bob: Ilmu kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas banyak macam penyakit. Babi diketahui sebagai inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya.

Yunus: Ya, dan diluar itu semua, sebagaimana kita membicarakan mengenai kandungan uric acid dalam darah, sangat penting untuk diperhatikan bahwa sistem biochemistry babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya.

Mohon diteruskan kepada semua rekan Muslim dan Non-Muslim.. . Ini dapat menjawab sebagian pertanyaan mereka, khususnya kala non-Muslim bertanya mengapa ummat Islam tidak boleh mengkonsumsi babi.

Source: Ibrahim Ali Ahmad.

forward/terusan dari scooterjebol@yahoo.co.id

Read More......

Chapter 2

Kami mengawali penelitian di Biotech Center, BPPT Puspitek dengan bertemu dengan beberapa orang di dalamnya. Setelah mengetahui maksud dan tujuan kami, selanjutnya kami langsung menuju orang-orang yang akan menjadi pembimbing kami dalam melakukan riset di laboratorium ini. Suasana riset mulai terasa ketika kami berpapasan dengan orang-orang yang semuanya menggunakan jas lab.



Kami dibawa ke bagian Laboratorium Teknologi Gen, bertemu dengan orang-orangnya yang ramah sangat mengesankan. Suasana dan lingkungan yang begitu berbeda dengan Pekanbaru membuat aku banyak berpikir untuk melakukan lebih dari sekedar beradaptasi. Hari itu aku lalui dengan harapan penelitian kami dapat berjalan dengan lancar dan berhasil.

Sore yang cerah itu memaksa kami untuk mencari tempat kost. Aku pulang dari puspitek bersama rekan-rekan karyawan dan mahasiswa yang sedang penelitian, mereka menjadi kenalan baru yang sangat membantu. Kami mendapatkan kost di komplek perumahan BATAN (Batan Tenaga Atom Nasional).

Read More......

The Steps of My Research: Chapter 1

Tanggal 12 Juni 2008(hari Kamis)lalu aku memulai petualangan baru dalam rangka tugas akhir. Semua hal berkaitan dengan kesiapan sebelum berangkat telah kusiapkan di dua tas, troli dan ransel. Kali ini, aku merogoh saku dalam-dalam, soalnya aku ke Puspitek Serpong via pesawat yang bakal nangkring di Cengkareng.

Pendaratan mulus, setelah 1,45 jam mengudara dari Pekanbaru. Keluar dari bandara, aku
dan Chandra (kawan seperjuangan) bingung mau naik kendaraan apa ke serpong. Alhasil, kami dapatkan sebuah travel yang bakal berhenti di BSD, jauh sebelum lokasi Puspitek. After dari travel, kami mencari bus menuju Puspitek Serpong dengan bantuan seorang bapak yang juga dari bandara bersama kami. Alhasil, terdamparlah kami di Gate-nya Puspitek, waw....hutan rupanya.

Puspitek punya lahan yang luas, pepohonannya begitu asri mirip kebun raya Bogor. Dari satu balai ke balai pengkajian yang lainnya, jarak gedungnya begitu jauh dan terpisah oleh hutan yang rindang. Pernah terbayang kalau berjalan sendiri di malam hari...hi..hi.. pasti tak mungkin terjadi. Lama-kelamaan, kami mampu berdaptasi dengan orang-orang puspitek yang sudah berubah menjadi manusia modern yang telah memiliki tingkat teknologi ke rekayasa gen, nuklir, metalurgi, polimer, Fisika, kimia dan macam-macam pokoknya..!! Sebuah lembaga pengkajian yang sangat modern dan canggih. Bukan orang utan lagi lho..

Read More......

Pesan Oogway: Present is Gift!

Ngomong-ngomong, ternyata tepat awal Juni kemarin aku sudah masuk tepat di usia 22 tahun. Itu artinya, sudah 22 tahun kulalui hidupku dengan segala masa laluku, dan inilah aku sekarang. Terkadang, sulit mengingat segala bentuk masa lalu yang membuat kita jadi sekarang. Kata Oogway, guru Shi-fu dalam film kungfu Panda, "the last time is history, the future is mistery, and present is gift". Betul kata Ooogway, masa lalu hanya history, takperlu dipersalahkan.



Aku sudah lama sekali tidak menulis di blok ini, tapi dalam hati ini sebenarnya tersimpan ribuan kata yang ingin meluncur di blog ini. Beberapa kali aku mencoba melihat diri ini dari dalam, ada beberapa hal yang sangat sulit untuk diubah. Itulah karakter. Terkadang kita tidak menginginkannya, namun bahkan terkadang sulit sekali hanya untuk mengubah sedikiiiit saja. Melihat pean-pesan dalam film kungfu Panda, ada banyak benarnya.

Meski begitu, jika saat ini (present) aku sedang banyak pikiran, aku pasti hampir tidak bisa menganggapnya sebagai anugerah, tapi aku ingin rasanya lari saja. Sulit menerima kata-kata anugerah. Tapi, moment Juni sebagai bulan kelahiranku, aku sedang mengupgrade semua software diriku untuk selalu menganggap hari-hari yang kulalui adalah anugerah, meskipun berat. Jika sudah menganggap anugerah, kita pasti akan menerima "hari" itu dengan pasrah, ikhlas. Inilah kebahagiann yang tidak mudah didapat dalam diri semua orang.

Read More......

Berlibur ke Pulau Pasumpahan

Pasumpahan, sebuah nama pulau kecil yang menyimpan beribu keindahan. Pulau ini masih masuk ke dalam wilayah kotamadya Padang. Waktu itu kami bersama teman-teman satu tempat KKN di kelurahan Palas mengisi waktu liburan ke sini, tepatnya tanggal 19 Mei 2008 lalu.



Read More......

Susahnya Cari Sampel Udang di Tambak Bengkalis

Ini cerita saat aku mengawali perjalanan penelitian. Aku harus mencari sampel udang windu di tambak-tambak di pulau Bengkalis. Sebenarnya bukan hanya udang, tapi aku juga harus mengambil sampel air tambak dan air laut di sekitar tambak. Namun, kami menemukan kesulitan menemukan sampel udang.


Hari Kamis pagi(1/5), aku bersama chandra, teman akrab, sekaligus satu penelitian berangkat ke pelabuhan Sungai Duku menggunakan Bus dari depan kantor Riau Pos. Di pelabuhan, kami langsung pesan tiket, tak sampai 10 menit kami langsung berangkat ke Bengkalis menggunakan Bengkalis Wisata (speed boat).

Aku memang tinggal di Kabupaten Bengkalis, tapi tak di pulau Bengkalis, jadi setelah sampai aku bingung juga mau cari penginapan. AKhirnya aku dapat penginapan meriah murah, sebuah wisma dengan harga Rp.40.000 hari. Setelah istirahat 1 jam lebih, (kira jam 2 sore) kami menyusun strategi untuk menemukan tambak udang di daerah ini. Kami menuju rumah pamanku menggunakan becak, rencana kami ingin meminjam sepeda motornya. Alhasil, kami berhasil setelah kami mengobrol berbagai hal, terutama HMI (maklum kami berdua anggota HMI, dan dia mantan ketua Cabang HMI).

Sore itu (sekitar jam 4) kami mulai berpetualang mencari udang ke beberapa desa di Bengkalis. Kami menemukan dua tambak besar, namun sayang dua-duanya tak membudidayakan udang lagi. Entah berapa puluh kilometer kami berdua berjalan mencari tambak udang, namun sampai sore, tak satupun kami menemukannya. Kami pulang lagi ke penginapan.

Kami sms pembimbing, bagaiamana solusinya. Pak Feli menyuruh kami mengambil sampel udang di pasar Bengkalis, lalu air tambak dan laut tetap diambil. Lega juga rasanya.
Karena masih penasaran ada tambak udang lagi, besoknya (Jumat, 2/5) kami susuri juga sampai ke pantai Selat baru demi mendapatkan udang windu asli dari tambak. Tap apa yang terjadi? Kami hanya menemukan kesia-siaan, hanya ada satu tambak dan itupun tidak ada tambak yang membudidayakan udang windu. Meski demikian, kami berdu merasa menikmati perjalanan di pulau Bengkalis, karena sudah menjelajah sampai ke pelabuhan international Selat Baru.

Read More......

Hari-hari Saat Ditimpa Sakit Campak

Beberapa hari yang lalu aku baru saja sembuh dari sakit campak. Itu setelah divonis oleh dokter bahwa aku menunjukkan gejala-gejala campak ketika aku terpaksa mendatangi sebuah klinik 24 jam. Awalnya aku mengira demam biasa. Tapi lama-kelamaan semua itu tidak menunjukkan seperti demam biasa.



Aku merasakan sakit di tenggorokan yang amat sangat, seolah-olah ada benjolan yang mengganggu di tenggorokan itu. Panas badanku begitu tinggi, lalu rasa sakit yang lain mengiringi, kepala yang pusing plus sakit di seluruh tubuh. Aku tak bisa apa-apa, hanya terbaring lemah merasakan semua itu.

Saat suhu badanku yang begitu tinggi, aku berpikir Allah sedang membakar dosa-dosa yang telah kuperbuat, meski hanya sebagian kecil. Aku terus berpikir, bahwa Allah masih akan tetap mengujiku hingga aku benar-benar tiak merasakan itu lagi. Tapi apa mungkin semua itu bagian dari azab Allah untuk membakar dosa atau ujian semata? Aku menganggap itu kedua-duanya.

Untunglah semua bintik-bintik merah keluar semua di semua tubuhku, setelah pamanku mengobatiku dengan bacaan doa-doanya yang ditiupkan ke segelas air. Lalu setelah itu, dia memijiti badan hingga kepalaku. Rasanya sakit sekali. Beberapa jam setelah itu, bintik2 merah keluar di sekujur tubuhku disertai panas yang sangat.

Aku bersyukur, sejak saat itulah, keadaanku berangsur membaik. Semoga Allah masih sayang kepadaku dengan ujian seperti ini.

Read More......

Oleh-oleh dari Seberang

Rasanya kesal juga tidak ikut kawan-kawan se-klub saat Ekpedisi Diving di Riau Kepulauan beberapa minggu yang lalu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa ikut mereka gara-gara aku tak bisa meninggalkan pekerjaan di kantor.


Terkadang aku berpikir, mereka bebas sekali dalam berekpersi, berkreasi, karena waktu tidak membatasi apapun aktivitas mereka, mahasiswa. Aku juga masih mahasiswa, tapi aku sudah memiliki tanggungjawab, karena harus membiayai kuliah dengan kerja sendiri.


Aku merasa sedih dan sedikit menyesal tidak bisa ikut dalam kegembiraan kawan-kawan, ketika berenang, ketika basah oleh air laut yang biru, ketika diving kesana-kemari bagai ikan di atas karang-karang yang indah. Padahal, sepanjang hidupku, inilah yang paling kunantikan, bisa berenang-ria bersama ikan-ikan yang berwarna-warni, lalu bernyanyi bersama buih-buih gelembung regulator di atas terumbu karang. Oh..indahnya.


Selama ini aku hanya bagai katak di bawah tempurung, yang berhalusinasi berharap ada karang nan elok di dasar kolam renang tempat biasa kami latihan, Kalinjuhang. Itu tiap sabtu kami lakukan, sebagai modal dasar kami memang benar-benar bisa terjun di laut. Tapi, mungkin suatu saat, aku pasti akan merasakan hal yang sama dengan kalian, atau lebih... Aku hanya mendapatkan oleh-oleh cerita yang asyik dan foto-foto bawah air yang mengagumkan. Tapi, bukankah masih ada waktu..??

Read More......

Schism, Tandingan “Fitna” Muncul di Youtube

Seorang blogger asal Arab Saudi membuat film yang mirip film “Fitna.” Film itu diberi judul “Perpecahan/Schism” dan Youtube sempat menghapus video tersebut dari situsnya. Film “Perpecahan” berdurasi enam menit, dibuat oleh Raid Al-Saeed. “Saya membuat film itu kurang dari 24 jam, ” kata Saeed pada Arab News. Film ini bisa ditonton di sini.

Dalam film itu Al-Seed mengambil beberapa teks dalam alkitab yang sengaja ditampilkan dalam konteks yang melenceng-mirip yang dilakukan Wilders dalam film “Fitna”- dan mengaitkannya dengan sosok pemimpin kepemudaan Kristen fundamentalis asal Texas.

Al-Saeed mengatakan bahwa dirinya tidak bermaksud untuk menyebarkan kebencian terhadap umat Kristen, tapi cuma ingin membuktikan bahwa menilai Islam hanya dari menonton film “Fitna” adalah tindakan yang salah.

“Sangat gampang untuk menyelewengkan bagian-bagian dari kitab suci dari konteksnya dan membuatnya menjadi seperti kitab yang tidak manusiawi. Inilah yang dilakukan Wilders untuk menggalang dukungan atas ideologinya yang penuh kebencian, ” tulis Al-Saeed di akhir videonya.

Saeed juga memposting videonya itu di Youtube dan Youtube sempat menghapus video Saeed dengan alasan video itu melanggar persyaratan yang ditetapkan Youtube. Tapi alasan itu dibalas oleh Saeed dengan mempertanyakan mengapa Youtube menghapus videonya sementara “Fitna” masih dibolehkan tampil di Youtube. Saeed lalu memposting kembali videonya pada 2 Maret kemarin.

Diadaptasi dari blog akhdian.wordpress.com
Sumber asli=eramuslim.com: http://eramuslim.com/berita/int/8411173541-blogger-saudi-buat-film-tandingan-quotfitnaq


Read More......

Ujian Proposal

Mundur punya mundur, akhirnya Sabtu (05/4/2008) kemarin aku akhirnya seminar proposal juga. Ceritanya sih panjang banget, tapi yang aku tulis hanya pendek. Ceritanya, Kamis aku sudah kesana kemari mencari dosen penguji. Alhasil, aku tidak mendapatkan dosen penguji yang hanya tinggal satu orang lagi, sedangkan seorang dosen penguji telah standby kapanpun aku seminar. Pembimbingku sendiri, Prof. Dr. Feliatra DEA, men"deadline" aku sampai hari Sabtu.


Aku bingung sendiri, karena semua dosen yang berhubungan dengan penelitianku tidak ada yang bisa hari Sabtu. Hari Jumat semua dosen IK (Ilmu Kelautan) rapat. Saat itulah Pak Feliatra menggandeng Dr. Joko Samiaji untuk mau menjadi pengujiku. Alhasil, pak Joko bersedia karena dia merasa kasihan tidak ada dosen yang mau menjadi pengujiku, (hiks..hiks...dia bilang ke aku begitu). Dia sendiri sebenarnya ahli di bidang botani laut, bukan mikrobiologi. Selain itu, dia juga ketua IM Here (proyek yang mendanai penelitianku, beasiswa gitulah..).

Saat seminar (Sabtu, 05/04) aku mendapat banyak pertanyaan dari pembahas. Beberapa pertanyaan mereka aku kesulitan menjawab, aku bisa menjawabnya dengan mengira-ngira. Ternyata benar juga. Saat penguji memberi pertanyaan, ternyata aku benar-benar kelimpungan, ada metode yang tidak aku kuasai. Tapi, kondisi masih aku lalui, aman.

Berakhir sudah kekhawatiran pertama... Beberapa hari kemudian aku melihat nilai seminar proposal, B. Alhamdulillah...

Read More......

Fitna dan Kontroversial "nya"

Waduh, ini film baru memang membuat marah di mana-mana. Kalau anda belum menonton film yang berdurasi beberapa menit itu, silahkan aja serach di Youtube.com. Tapi, anda harus loggin terlebih dahulu, dan yang jelas film ini tak bisa didownload (mungkin karena kontroversial yang terjadi). Aku sendiri, ngeri ketika melihat film yang diawali dengan suara ayat Al-Quran ini.


Di dalam film ini ditampilkan sebuah surat Alquran yang menurutku diartikan sepotong-sepotong, sehingga memberi kesan bahwa agama Islam begitu ekstrim. Di film yang dibuat oleh seorang anggota parlemen Belanda ini sebenarnya hanya cuplikan-cuplikan video nyata, seperti tragedi WTC, pemboman di sebuah kereta api, kejadian-kejadian ekstrim lainnya.

Namun yang membuat ummat muslim berang, di film itu sengaja disetting bahwa ayat-ayat yang ada di Alquran seolah menjadi dasar atas terjadinya tragedi itu. Selain itu, di film ini juga dikait-kaitkan dengan ceramah para tokoh muslim di sebuah majelis, yang isinya membakar semangat kaum muslim yang hadir saat itu untuk berbuat anarkis, tujuan: Kill Them, destroy!

Entahlah kenapa si Geert Wilders ini sengaja membakar amarah umat muslim atau dia begitu benci terhadap muslim. Yang jelas dia (Geert Wilders)bahkan pernah menyatakan: "Jika Muhammad (Nabi) tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan tangan terbelenggu."

Masyallah, ini sebuah pernyataan yang sangat sombong dan berani dari seorang kafir Geert Wilders. Semoga Allah melaknatnya. Gimana donk komen kamu?


Read More......

Ketika Cinta Bertasbih Difilmkan

Dipoting dimilis FLP Andalas, Jakarta, 26 Maret 2008
Mengikuti kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Shirazy, novel keduanya, Ketika Cinta Bertasbih, bakal diangkat ke layar lebar. Film ini akan diarahkan sutradara kawakan Chaerul Umam, dan penggarapannya dikerjakan rumah produksi SinemArt.



Kang Abik --sapaan akrab Habiburrahman- - menetapkan syarat yang cukup ketat bagi pemeran utamanya, yakni harus bisa membaca Al-Quran.

"Saya menginginkan agar para pemain benar-benar bisa menghayati tokoh-tokoh yang saya gambarkan dalam novel saya," ujar novelis nomor satu di Indonesia versi organisasi para penikmat sastra dari Universitas Diponegoro, Semarang, ini kepada wartawan, Selasa (25/3), di Jakarta.

"Dan terus terang, saya menginginkan pemain yang memainkan film-film saya ini secara moral dia bersih," kata Kang Abik, seraya menambahkan, jika perlu, gelar audisi untuk mencari pemain-pemain yang tepat untuk tokoh-tokoh di novelnya itu.

"Kalau misalnya ada tokoh-tokoh yang bisa membaca Al Quran dengan bagus, jadi wajar, jika audisinya ada bagian membaca Al Quran."

Selain soal pencarian calon-calon pemain, SinemArt, melalui siaran persnya menyebutkan telah memasang target untuk dapat mengambil gambar untuk keperluan sejumlah adegan di film ini, di Kairo, Mesir. Syuting di negeri Piramida ini dirasa perlu dilakukan, kembali dengan alasan yang sama, penyesuaian dengan alur cerita yang telah tertuang dalam novel Kang Abik.

"Syarat-syarat film ini sama dengan syarat sebelumnya (Ayat-Ayat Cinta). Saya selalu menginginkan agar filmnya itu sebisa mungkin dekat dengan karya aslinya. Artinya, di dalam Ketika Cinta Bertasbih, ada setting-nya di Kairo, makanya saya minta sebisa mungkin diadakan untuk setting di Kairo atau lokasi yang dekat dengan Kairo," papar Kang Abik.

Sebelumnya, pada Ayat-Ayat Cinta, Kang Abik pernah bertutur, mengangkat novel ke layar lebar ini bukanlah perkara mudah. Pihak produser film kerap menemui kendala. Syarat syuting harus di Kairo, Mesir, ternyata gagal terlaksana. Lokasi syuting akhirnya dipindahkan ke India, Semarang, dan Jakarta. Penggarapan film klasik Cleopatra produksi Hollywood saja, kata Kang Abik, mentok tak bisa digelar di Mesir, hingga akhirnya dilakukan di Maroko.

Kejelian memilih pemain-pemain atau penentuan lokasi syuting, menurut Kang Abik, merupakan dua contoh standar yang harus ditanamkan dalam mengangkat dua karyanya itu ke layar lebar. Alasannya mudah ditebak, para pembaca telah memiliki imajinasi tersendiri atas novelnya itu. "Syukur kalau kita bisa melebihi imajinasi pembaca," harapnya.

Ketika Ayat-Ayat Cinta telah dikabarkan telah mampu meraup tiga juta penonton, lantas apa ekspetasi penulis muda ini untuk Ketika Cinta Bertasbih? "Hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, dan besok kalau bisa lebih baik dari pada hari ini. Ketika saya menulis karya-karya saya, saya selalu berikhtiar dan berusaha agar karya yang saya tulis hari ini lebih baik dari pada kemarin. Ekspetasi saya, saya harus optimis, nanti, film Ketika Cinta Bertasbih juga lebih baik."

Sebagai langkah awal penggarapan, SinemArt telah memilih Chaerul Umam sebagai sutradara film ini.

Chaerul sebelumnya telah dikenal dengan karya-karya besarnya seperti Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Nada dan Dakwah, dan Fatahillah. Pada tahun 1992, Chaerul digelari "Sutradara Terbaik" pada perhelatan Festival Film Indonesia melalui film arahannya, Ramadhan dan Ramona.

Sementara untuk penulisan skenario, sepenuhnya diserahkan kepada Imam Tantowi, penulis yang sering berduet dengan Chaerul.

Menurut rencana, Ketika Cinta Bertasbih akan memulai syuting pada Agustus 2006, dengan target rilis di bioskop-bioskop di Indonesia jelang tutup tahun 2008.

Read More......

Ayu Utami: Ayat Ayat Cinta Pengecut


Iin Yumiyanti - detikcom
Jakarta - Film Ayat Ayat Cinta (AAC) kini telah tembus 3 juta penonton. Sebelum sukses filmnya, novel dengan judul ang sama juga laris manis. Setelah film rilis, novel AAC juga kembali diserbu pembeli.

Sayang meski laris manis, novel ini kurang mendapat apresiasi dari sastrawan atau kritikus sastra lainnya. Hanya sastrawan yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP), tempat bernaung penulis AAC Habiburrahman El Shirazy, yang memuji-muji novel ini.

Sementara di luar FLP, jarang kritikus sastra ataupun sastrawan yang tertarik atau telah membaca novel ini. Mayoritas sastrawan dan kritikus sastra yang dihubungi detikcom mengaku belum membaca, bahkan menyatakan tidak berminat membaca AAC.

Dari sedikit sastrawan yang telah membaca karya Kang Abik, panggilan Habiburrahman adalah Ayu Utami. Apa pendapat si penulis novel fenomenal 'Saman' ini? Berikut petikan wawancara detikcom dengan Ayu Utami:


Apakah anda sudah membaca novel atau menonton film Ayat-Ayat Cinta?

Saya sudah membaca novelnya. Tapi belum menonton filmnya.

Beberapa sastrawan dan pengamat sastra menyatakan tidak berminat membaca Ayat-Ayat Cinta. Mengapa anda membaca novel Ayat-Ayat Cinta?

Kalau saya kan memang harus mengikuti perkembangan perbukuan. Saya bagaimana pun bergerak di bidang penulisan, saya anggota Komunitas Sastra Jakarta, saya harus sering baca sastra, saya sering menjadi juri omba cerpen. Jadi membaca novel baru yang menjadi perbincangan wajib bagi saya. Senang atau tidak senang, saya harus membacanya.

Setelah membaca, apa kritik anda?

Ayat-ayat Cinta itu novel Hollywood, novel yang akan membuat senang pembacanya. Cara membuat senang itu dengan memakai resep cerita pop, misalnya berita happy ending, katakan yang orang ingin dengar, jangan katakan yang tidak ingin didengar.

Orang sekarang ingin mendengar petuah bijak, seperti ada sesuatu yang optimis, ada kebaikan di dunia ini.

Ayat Ayat Cinta ini, dari segi struktur cerita seperti cerita Hollywood tahun 1950-an. Bedanya, kalau Hollywood Kristen, ini islam. Endingnya mirip, yakni agama menang. Kalau di Hollywood, misalnya Winnetou masuk Kristen, kalau di Ayat-Ayat Cinta, yang perempuan (Maria, seorang Kristen Koptik) masuk Islam.

Samalah plotnya dengan cerita Hollywood tahun 1950. Laki-lakinya (Fahri, tokoh utama novel Ayat-Ayat Cinta) sangat jagoan, ia miskin, tapi bisa sampai Mesir dan tiba-tiba di Mesir, empat perempuan jatuh cinta semua. Hero banget, hebat dia bisa menaklukkan banyak perempuan.

Karakterisasi tokoh Fahri dalam novel itu, apakah cukup kuat untuk membuat para perempuan jatuh cinta padanya?

Kalau saya nggak tahu. Kenapa laki-laki ini bisa bikin perempuan jatuh cinta. Kalau yang Aisha (perempuan Turki yang kemudian menikah dengan Fahri) mungkinlah, karena ada konflik saat bertemu di metro, tapi bagaimana dengan tetangganya (Maria) bisa jatuh cinta habis-habisan, ini yang tidak tergarap.

Cerita novel ini sangat laki-laki, memenuhi keinginan dan impian semua laki-laki untuk dicintai banyak perempuan, yang perempuan istri pertama menyuruh dia kawin lagi. Lalu penyelesaiannya untuk kompromi simpel, perempuan yang istri kedua mati. Hollywood tahun 1950-an juga seperti itu. Kristen itu kan mengagungkan tidak menikah, jadi begitu tokoh utamanya punya pacar dimatikan. Nah di Hollywood itu tahun 1950-an, Indonesia baru tahun 2008.

Mengapa kemudian Ayat-Ayat Cinta ini sangat laris? Karena masyarakat kita masih di situ tahapnya, inginnya kisah-kisah yang hitam putih dan penuh optimisme seperti itu. Mungkin karena kita habis reformasi, lalu ada chaos, jadi kita ingin kisah yang menghibur seperti itu.

Di novel ini ada cerita tentang pindah agama, dan ini yang menjadi salah satu kontroversi. Menurut anda, apakah cukup kuat pelukisan sehingga ada alasan pindah agamanya Maria masuk akal?

Saya nggak tahu. Buat saya nggak penting kuat atau nggak. Orang pindah agama, dalam hidup sehari-hari, banyak sekali alasannya, ada yang terancam maut, lalu pindah agama . Ada yang karena kawin lalu pindah agama. Ada yang secara revolusioner, ada yang pelan-pelan atau evolusioner.

Ada yang keberatan dengan kisah pindah agama ini diangkat ke novel yang dikonsumsi publik, karena itu menunjukkan dakwah agar masuk Islam sehingga dikhawatirkan bisa mengganggu toleransi antar umat beragama di Indonesia. Pendapat anda?

Ini kan novel dakwah, jadi nggak apa-apa. Saya Katolik, menurut saya nggak apa-apa orang berdakwah. Memang kenapa kalau berdakwah? Kecuali penulisnya bilang, ini bukan novel dakwah. Dia mengaku ini novel dakwah, jadi sah saja.

Saya juga berdakwah, saya mendakwahkan ide-ide saya. Nggak papa ngajak masuk Islam. Kita mau ngajak masuk agama lain, nggak masalah. Namanya, rebutan pengikut agama itu biasa saja. Itu sebuah proses yang baik.

Persaingan agama itu merupakan hal yang baik, dengan adanya persaingan itu akan menghindarkan kekejaman atau represi dalam agama. Orang yang mengalami represi sebuah agama bisa pindah ke agama lain.

Kelompok yang berkeberatan dengan kisah masuk Islam ini menuding ada hegemoni soal kebenaran agama. Mereka mengandaikan bila yang sebaliknya yang dijadikan film?

Persoalan kita, negara ini kan mayoritas muslim, sebagian besar kurang berpendidikan. Saya kira melihatnya, soal kelompok garis keras menyerang kelompok non muslim itu harus dilihat dengan kaca mata yang lebih luas. Ini bukan persoalan agama, tapi persoalan sosial politik.

Saya kira hal yang sama juga terjadi, jika mayoritas negara ini Kristen misalnya dan ada orang Islam menghujat Kristen. Jadi nggak bisa dilihat dari kaca mata agama. Harus dari sosial politik, bahwa mayoritas cenderung akan cenderung akan berperilaku nggak bener. Kita harus pandai memisahkan hal-hal yang beruhubungan antara gama dengan sosial .

Ngomong soal film ya film. Nggak usah pakai film untuk menilai persoalan lain di masyarakat. Jangan campur adukkan kacamata. Pakai kacamata yang pada tempatnya.

Soal poligami, bagaimana pandangan anda?

Di luar novel itu, bagi saya, poligami tidak layak diteruskan. Itu sistem di masa lalu, tidak cocok untuk masa depan.

Kalau dalam novel ini, kasus poligami disikapi dengan pengecut. Dalam arti, sebagian besar perempuan tidak mau dipoligami. Bila pun ada, perempuan yang mau dipoligami itu, biasanya mereka sebagai istri kedua, ketiga, atau keempat.

Ya kita bisa lihat kasus Aa Gym, dia kehilangan pendukung begitu dia melakukan poligami. Jadi jelas sekali poligami tidak disukai perempuan. Novel ini kompromistis sekali. Ia tidak berani ekstrim, dia mengangkat wacana atau ideologi poligami, tapi lalu akhirnya buru-buru dimatikan. Dia hanya kembali ke titik yang happy ending, inilah resep cerita pop.

Apa kekuatan Ayat-Ayat Cinta sendiri sehingga bisa laris?

Judulnya kuat, ini mengingatkan pada Ayat-Ayat Setan, atau lagu Laskar Cinta. Kemudian enak dibaca, dia punya keterampilan menulis. Tapi saya kira kekuatan Ayat-Ayat Cinta ini adalah kemampuannya untuk menyenangkan, untuk mengkonfirmasi apa yang dipercaya
kebanyakan orang. Mental masyarakat itu merindukan orang untuk masuk ke agamanya, kita senang bila ada yang masuk agama kita. Di sini, masuk Islam, di Hollywood masuk Kristen.

Soal beberapa kalangan yang berpendapat Ayat-Ayat Cinta ini bukanlah sastra?

Tahun 1920 an sampai belakangan ini, saya kira batas sastra pop dan serius tidak ada lagi. Batasnya tidak terlalu ketat. Sebuah karya novel, apapun itu adalah kerajinan kata-kata. Tidak perlu dia ditempatkan sebagai sastra atau tidak.

Apa kelemahan Ayat-Ayat Cinta?

Paling lemah, kalau menurut saya, adalah nafsunya pada kebenaran. Begitu bernafsu untuk menunjukkan kebenaran. Tapi dia mengakui ini novel dakwah, jadi nggak masalah.

Tapi bagi saya, kalau sastrawan bernafsu untuk menyampaikan kebenaran itu tidak menarik. Sastra bukan untuk alat berdakwa, tapi untuk mempergulatkan nilai-nilai. Sastra itu selalu menghargai membuka persoalan. Bukan berakhir dengan kata amin seperti bila kita berada di masjid atau di gereja.
( iy / asy )

Tulisan ini saya dapat dari postingan kawan FLP di Milis FLP Andalas

Read More......

Ada Apa dengan Ayat-ayat Cinta

Booming film Ayat-ayat Cinta begitu dahsyat di seantero bioskop Indonesia. Pekanbaru termasuk salah satu kota yang tiketnya paling cepat habis sejak mulai dilaunch tanggal 26 Februari lalu. Aku sendiri begitu penasaran, pingin menonton meski tiketnya rebutan sama yang lain. Kesibukan kerja dan aktifitas lainnya membuat aku urung. Tapi keinginan itu tetap muncul meski pemutaran film yang disutradari oleh Hanung Bramantyo tersebut telah lama diputar.



Saat masih di kantor, aku dapat telpon dari temen, ada film ayat-ayat cinta di rumah. Rasa penasaran itu harus aku akhiri malam itu juga. Kenapa penasaran? Aku mungkin balik bertanya, kenapa orang begitu ramai menonton film yang di bintangi Fedi Nuril ini di bioskop-bioskop Pekanbaru hingga rela memboking tiket terlebih dahulu?

Aku sebenarnya sudah khatam membaca Novel karangan Kang Abik ini. Setelah menonton filmnya, ternyata sama-sama menyentuh. Tapi versi film tidak berhasil membuat aku meneteskan air mata, mungkin karena nontonnya bareng atau apa. Di novelnya yang asli, aku benar-benar merasakan di Mesir, merasa hanyut dalam roman percintaan dan konflik yang sangat menyentuh. Akupun menitikkan air mata.

Sebuah film yang fenomenal dan mampu menyedot perhatian publik. Menurutku, film ini ibarat oase di tengah padang pasir dunia perfilman nasional. Lihatlah, bioskop yang filmnya Indonesia, rata-rata tengah memutar film-film yang arah tujuannya tak jelas, horor melulu. Dari jaman heng wilaheng, kita sudah kenal dengan film kuntilanaknya Suzana, film nyiblorong, entah apalah lagi. Film yang seperti inilah sebenarnya yang harus menjadi garapan para sutradara masa kini dan menjadi tontonan bangsa yang sedang kacau saat ini.



Read More......

Keutamaan Dhuha dalam Nash Hadits dan Al-Quran


Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. 93:1-2). Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa Allah swt sampai bersumpah pada kedua waktu itu?. Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang utama paling dalam setiap harinya.



Sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim).

Lantas bagaimana tidak senang Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35).

Disamping itu shalat dhuha ini juga dapat mengantikan ketergadaian setiap anggota tubuh kita pada Allah, dimana kita wajib membayarnya sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap pagi setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sadhaqah; maka setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid adalah sadhaqah, setiap tahlil adalah sadhaqah, setiap takbir adalah sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah, mencegah kemungkaran adalah sadhaqah, tetapi dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut” (HR Muslim).

Tetapi yang lebih dalam dari itu lagi adalah shalat dhuha ini adalah salah amalan yang disukai Rasulullah saw beserta para sahabatnya (sunnah), sebagaimana anjuran beliau yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra:
“Kekasihku Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum tidur” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
Kalaulah tidak khawatir jika ummatnya menganggap shalat dhuha ini wajib hukumnya maka Rasulullah saw akan tidak akan pernah meninggalkannya. Para orang alim, awliya dan ulama sangatlah menjaga shalat dhuhanya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafei’: Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak melakukan shalat dhuha”. Hal ini sudah jelas dikarenakan oleh seorang mukmin sangat apik dan getol untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”.

"Dari Abu Huraerah ridliyallhu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda : Pada tiap-tiap persendian itu ada shadaqahnya, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah (bacaanya : SUBHANALLAH/MAHA SUCI ALLAH, ALHAMDULILLAH/SEGALA PUJI BAGI ALLAH, LAA ILAHA ILLALLAHU/TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, ALLHU AKBAR/ALLAH MAHA BESAR), setiap amar ma'ruf nahyil munkar itu shadaqah. Dan cukuplah memadai semua itu dengan memperkuat/melakukan dua rakaat shalat dhuha" (Riwayat Muslim - Dalilil Falihin Juz III, hal 627).

Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa shalat empat rakaat dipagi hari, Allah bakal menjamin dan mencukupkan segalanya dengan limpahan barakah sepanjang hari itu, sehingga bathinpun akan terasa damai walau apapun tantangan hidup yang merongrong, karena dia telah sadar semua itu ketetapan Allah :

"Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu sembahyang empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya'la).

Dengan lafadz lain berbunyi :

"Hai anak Adam, bersembahyanglah untuk KU empat rakaat pada pagi hari, aku akan mencukupimu sepanjang hari itu" (Riwayat Ahmad dari Abi Murrah).

Coba renungkankan isi daripada do'a setelah shalat dhuha itu, nadanya seolah-olah memaksa untuk diperkenankan oleh Allah. Dan memang demikianlah lafadz do'a tersebut diajarkan oleh Rasulullah SAW :

"Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha (milik) Mu, kecantikan ialah kencantikan (milik) Mu, keindahan itu keindahan (milik) Mu, kekuatan itu kekuatan (milik) Mu, kekuasaan itu kekuasaan (milik) Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu".

Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah (berlafadz perintah), dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh".

Itulah keistimewaan dan keutamaan shalat DHUHA, didunia memberikan keberkahan hidup kepada pelakunya, diakheratpun /di hari kiamat orang itu dipanggil/dicari Tuhan untuk dimasukkan ke dalam syurga, sebagaimana sabda Nya didalam hadits qudsi :

"Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan sembahyang atas Ku dengan sembahyang DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah". (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah).

Sumber: internet

Read More......

Akses Internet Menggunakan Wajan Bolic


Kalian semua mungkin sudah pada kenal yang namanya wajan, bukan? Tapi dengan wajan bolic, mungkin belum semua orang tahu. Wajan yang satu ini memungkinkan kita bisa mengakses internet dari kost atau rumah kita dengan jarak maksimal 1 km dari Akses Point(AP) yang tersedia di sekitar tempat tingal kita.



Wajan bolic muncul di daerah Jawa oleh para neter mania yang menginginkan akses internet murah yang dipelopori oleh Onno W. Purwo. Antena ini digunakan untuk koneksi Internet Tanpa Kabel (Wireless Internet) menggunakan gelombang radio 2.4GHz. Pada prinsipinya, wajan bolic ini adalah Wifi yang kita gunakan untuk akses internet wireless menggunakan USB Wifi pada PC/laptop atau wireless pada laptop.

Bedanya, Wajan bolic menggunakan kuali biasa ukuran sedang sebagai media pengumpul signal dari akses poin yang dipusatkan pada USB wifi yang diletakkan pada pipa di depan kuali.

Anda sendiri bisa membuatnya jika mau. Namun, beberapa blogger di Jawa telah menawarkan berbagai macam bentuk wajanbolic mereka buat sendiri dengan kisaran Rp.300-350 ribuan. Jika ingin membuat sendiri, silahkan aja searching di google, anda bakal mendapatkan menu gratis tentang tutorial pembuatan hingga cara mengkoneksikannya ke PC/laptop anda. Meski murah, bukan berarti anda gratis mendapatkan akses internet. Anda harus tetap membayar beban pemakaian terhadap penyedia provider yang memberikan anda akses internet.

Read More......

Selamat Jalan Kawan, Menyelamlah..!

Sedih, sekaligus agak kecewa. Itulah perasaan saya ketika melepas kepergian kawan-kawan berangkat ke Tanjung Pinang, itupun hanya dalam hati. Ira, teman salah satu tim di MSDC (Marine Science Diving Club) mengirim SMS" Kami berangkat. Selamat tinggal, doakan kami ya, Sila.." Itulah bunyi SMS itu. Aku menerima pesan itu saat masih di kantor, kira-kira jam 10 malam.


Saya seperti tidak sadar, ketika HP yang saya pegang hampir jatuh ke lantai..eh ke tangan saya (didramatisir banget ya..). Sambil tidak menitikkan air mata, hati saya berujar, selamat jalan teman-teman. Saya belum bisa ikut, mudah-mudahan lain waktu. Saat itu saya merasa sendiri, seolah teman-teman yang biasa satu kolam ketika latihan, satu oplet ketika berangkat membawa peralatan SCUBA, dan rekan-rekan satu tim yang sangat solid ketika di sekre, ketika di kantin, dan di mana saja tiba-tiba terasa berpergian jauh meninggalkan saya sendiri, di sini.

Saya agak kecewa, karena saya gagal menjadi tim dalam ekspidisi ke Tanjung Pinang itu. Ini semua karena pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan selama itu, juga karena Kukerta yang sedang saya jalani sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, mudah-mudahan Allah memberi waktu untuk saya menyelami lautan-Nya yang penuh dengan mahluk-mahluk indah bawah air.

Ya Allah, berikanlah aku waktu untuk itu...





Read More......

Jalan Tak Kunjung Diaspal, Aktivitas Warga Palas Terganggu

Warga Sering Terpeleset, Lurah Sempat "Ngantor" di Rumah Warga
Laporan Sila Sazali, Pekanbaru redaksi@riautoday.com
Tingginya frekuensi hujan yang terjadi akhir-akhir ini menyebabkankerusakan jalan Damai, kelurahan Palas Kec. Rumbai, semakin parah. Padahal, jalan ini adalah akses satu-satunya menuju kantor kelurahanPalas, Kec. Rumbai dari jalan Siak II.
Jika ingin menuju ke kantor kelurahan Palas, jangan harap bisa dilalui dengan kendaraan roda empat. Selain jalannya yang rusak berat, terdapat dua jembatan seadanya untuk menyeberangi parit besar menuju ke kantor Lurah Palas.



Terhadap kondisi yang terjadi, Warga mengaku sangat kesulitan melalui jalan ini, bahkan tak jarang warga yang jatuh terpeleset akibat melalui jalan ini saat musim hujan tiba. Menurut Plt lurah Palas, Rizki Hidayat, sebagian warga yang berkerja sebagai petani juga mengeluhkan buruknya kondisi jalan sehingga mereka kesulitan mengangkut hasil pertanian mereka, seperti jagung, pisang, sawit serta hasil perkebunan lainnya. Menurut alumni STPDN ini, pegawai kantor lurah Palas pun rela berjalan beratus-ratus meter menuju kantor mereka, bahkan semua pegawai pernah terjatuh saat melalui jalan ini, termasuk dirinya. Mereka juga pernah mengangkat mesin tik dan berkas-berkas yang ada di kantor lurah untuk dibawa dan dikerjakan di rumah warga, karena jalan tak bisa dilalui kendaraan.

Kondisi ini sebetulnya sangat ironis dengan kemegahan gedung kantor lurah yang baru ditempati. Kantor ini selesai dibangun pada pertengahan 2007, pada lahan seluas 8000 m2. Kantor kelurahan Palas sebenarnya memiliki fasilitas yang cukup, mulai dari gedung yang berlantai 2, tower tanki air, serta beberapa set komputer. Tidak adanya suplai listrik membuat fasilitas yang ada tidak termanfaatkan, termasuk untuk membuat surat-surat, pegawai kantor lurah Palas masih menggunakan mesin tik.

Saat ditanya adakah tanggapan pemerintah untuk pembangunan jalan ini, lurah yang sedang menyelesaikan studi S2 ini mengaku hal tersebut sebenarnya telah diusulkan dalam Musrenbang tahun 2004, serta diperhatikan berbagai pihak, Termasuk dari DPRD Kota Pekanbaru. Namun menurutnya, hingga sekarang sama sekali belum nampak realisasinya. Lurah yang belum dilantik ini mengaku belum mengetahui informasi terkini tentang rencana pembangunan jalan tersebut. Dia berharap, kondisi ini bisa secepatnya ditindak lanjuti oleh Pemko Pekanbaru,demi terlaksananya pelayanan prima bagi masyarakat.(aza)

Read More......

Diving Persiapan sebelum ke Tanjung Pinang

Besok pagi (Kamis, 31/01), aku harus bangun lebih awal. Ini mungkin latihan yang bisa dibilang sangat menentukan sebelum diving sebenarnya di Tanjung Pinang (10 Februari). Besok, Aku kebagian tugas membantu membawa beberapa set scuba diving ke kolam. Sebagai divisi HID, aku juga tadi mengkonfirmasi Tim SAR Brimobda Riau tentang latihan kami besok.

Itu kulakukan dengan full spirit, karena kami yang ikut sertifikasi diving baru saja menerima Sertifikat Diving jenjang "One Star Scuba Diver" yang berlaku internasional, termasuk aku. Artinya, dengan memegang sertifikat itu, aku sudah diizinkan menggunakan perlengkapan scuba diving untuk melakukan diving di sejumlah negera.
Di sini nih yang agak lucu... Niat kami awalnya adalah ingin meminta bantuan Brimob lewat Bpk Surjana (Komandan Tim) agar bisa meminjamkan kompresornya untuk pengisian tabung kami. Karena sudah lama tidak ada kabar berita sejak kami latihan bersama (hampir 6 bulan), waktu menelpon beliau, aku nyerocos kemana-mana. Maksudku, aku harus sedikit basa-basi membuka percakapan yang telah lama tidak terjadi antara kami (Aku dan Pak Sujarna).

Setelah maksudku ditangkap, eh.. beliau malah ngajak latihan bareng. Waduh, ini bisa kacau, karena niat kami hanya latihan khusus untuk tim kami saja. Tapi, karena kompresor masalahnya, ya, aku menyepakati kami latihan bersama.

Aku langsung lapor ke ketua klub kami (MSDC=Marine Science Diving Club), Hary, dianya ok2 saja. Selanjutnya, aku konfirmasi ke pelatih kami Bang Ali Usman, dia malah bilang "baguslah itu..."
Aku......???#####%%%%%

Read More......

Cari Judul, Eh...Dapat Betul

Meski hari-hari full job, tapi saya masih mikirin kuliah looh.. He...he.. Ya iyalah, soalnya mendengar pengalaman senior-senior yang udah kerja sambil kuliah, mereka banyak yang molor tamat sepanjang-panjangnya. Bahkan ada yang tak selesai. Alhmadulillah sekali, walau sibuk di kantor, sesekali saya pasti ngampus, lihat-lihat informasi, siapa tahu ketiban proyek...eh ketimpuk proyek dosen kali ya.

Alhasil, memang betul. Sehabis pulang latihan Diving di Kalinjuhang, eh HP saya bunyi. Candra kebetulan memberi informasi tentang adanya penelitian yang ditawari oleh dosen. Apalagi, kesempatan tidak datang dua kali, dan saya pun langsung meluncur ke TKP, alias di Lemlit Unri ketemu langsung sana Prof. Felitara. Konusltasi sebentar, sayapun dapat judul skripsi tentang Mikrobiologi laut, tepatnya di analisi bakteri penyakit udang dengan analisis 16S rDNA.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan penelitian ini dan mencoba mendapatkan beasiswa IM-Here, program Universitas untuk membantu pendanaan penelitian mahasiswa. Doain ya, mudah-mudahan jebol... Amin.

Read More......

Dikejar-kejar Pelanggan RT/RW Net

Namanya juga kerja di bagian IT dan website, tentunya dua konsep itu (walau aku hanya sedikit menguasai) menjadi bulan-bulananku setiap hari. Pokonya, selama hampir sebulan terakhir, aku harus fokus ke dunia ini karena kami baru memasang acces internet baru yang telah dilaunching pada awal tahun ini dan kebetulan ini adalah proyek divisi kami (Div. Online).

Saya mau cerita sedikit di blog ini, (ssst... ga penting jg sih). Hampir tiap hari kemarin ini, aku harus meninggalkan konsentarsiku di proposal skripsi, bahkan kerja utamaku di kantor. Dalam sekejap, aku beralih profesi mejadi Bupati, ya Buruh Panjat Tiang lah. Dua pelanggan kami belum juga bisa merasakan akses yang kami jual kepada mereka. Kebetulan, dua pelanggan ini
agak besar, yang satu instansi pemerintah dan yang satunya lembaga profit di kampus. Aku dan tim online yang jumlah tenaganya masih terbatas, terpaksa pontang-panting kesana-kemari mencoba menyelesaikan problem yang sejak awal muncul, not connected. Aku terpaksa naik turun memasang dan memperbaiki posisi antena dan radio, sementara sang ahli internet (bang Yudha) bekerja di dalam ruangan mensetting komputer supaya connect. Terkadang, aku juga turun tangan mensett IP pelanggan tersebut.

Kalau dihitung-hitung, mungkin entah berapa kali aku memanjat tower untuk memasang dan memperbaiki posisi maupun sambungan antena dan radio yang harus terpasang secara benar di atas tower. Untungnya, aku tidak phobia ketinggian, jadi pada ketinggian sekitar 20 meter aku masih nyaman-nyaman saja.

Sekarang, tinggal satu pelanggan yang belum terselesaikan, mudah-mudahan secepatnya bisa nyambung... Soryy ya pak Isep dan Anton!! Bersabar, saja dulu..


Read More......

Melukis Desember

Cerpen saya ini diposting di Riau Pos Edisi Budaya (Ahad, 20 Jan 2008)
Pekanbaru, Desember 1998
Hari-hari di Desember ini selalu hujan. Kadang lebat, kadang hanya gerimis saja. Aku lebih suka memaku diri di tepian jendela kamar, memandangi lalu lalang orang dan kendaraan yang kehujanan di jalan sana. Di hujan senja itu aku selalu menempelkan jemari tanganku ke kaca jendela kamar, lalu telunjukku meliuk-liuk membuat lukisan pada sisa tempias. Hatiku kulukis di sana, di penghujung siang-siang Desember. Begiku, ujung-ujung siang di Desember ini sering menyisakan cerita hingga ke malamnya, dan terkadang benar-benar tak menyisakan apa-apa, mengembun seperti tempias hujan di kaca jendela kamar, lalu lukisan jemariku pun hilang. Begitu juga lukisan wajahnya.

Gerimis meniti pelan-pelan, membuat malam tak bisa datang tanpa basah. Suara bang maghrib menyeruak di antara berjuta titik air yang kian deras. Aku masih melukis suara hati di kaca jendela. Kututup daun jendela, lalu berusaha menjadi penghamba. Kuguyur beberapa bagian jasadku, lalu bercengkerama dengan gerakan indah. Aku tenggelamkan diri bersama kalimah-kalimah mutiara, mencari kepuasan hakiki. Kalam indah-Nya begitu terasa di jiwa, begitu hangat di tengah dingin hujan Desember. Lama aku bersetubuh dengan kalimah-kalimahnya, dengan gerakan-gerakannya, hingga aku merasakan nikmat yang tak terlukiskan oleh jemariku di kaca jendela. Malam ini tak ada sisa cerita dari penghujung siang tadi. Semua terhapus, seperti lukisan di kaca yang mengembun, lalu hilang. Begitu juga wajahnya.

****
“Aku mungkin tak akan lama lagi di sini.”

“Engkau terlalu cepat. Kenapa kita tak keluar dari rutinitas akademis ini bersama-sama saja?”

“Aku punya tanggung jawab yang harus segera kupikul setelah selesai di sini. Sedangkan kau tidak. Kau bisa bebas seperti burung. Itulah lelaki. Mungkin saat ini tak ada tanggung jawab keluarga di pundakmu.”

“Mengemban tangung jawab tidak mesti harus kehilangan, bukan?”

“Engkau tidak akan kehilangan aku, Rio. Aku akan selalu di hatimu sebagai sahabat yang paling kau kenal.”

Kata-katanya yang terakhir mengalirkan anak sungai di kedua pelupuk matanya yang bulat. Aku diam. Tak bisa menangis seperti dia. Aku bahkan belum tahu maksud tangisannya, tapi aku tahu suasana kesedihan hatinya.

“Bukankah kita pertama bertemu pada saat seperti ini?” tanya dia sambil mencoba menepis bulir air matanya.

“Iya, Desember dua tahun silam. Hujan senja engkau lalui menuju pustaka Soeman Hs. Ternyata engkau gila buku. Aku tak kenal kau waktu itu, tapi ada dorongan yang menyuruhku agar engkau kuhampiri. Padahal aku tak pernah begitu percaya diri dengan vespa bututku. Tapi kau mau.”

“Sudahlah, engkau membuat seolah kita akan segera berpisah,” selanya sambil meliaht ke luar jendela. Matanya masih berkaca-kaca.

“Tapi memang begitu, kan? Bagiku sahabat sepertimu sebuah mukjizat.”

“Engkau terlalu berlebihan.”

“Engkau telah mendewasakan aku dalam banyak hal. Engkau bisa mendengarkanku saat aku butuh. Engkau bisa keluarkan aku dari jeruji masalah yang aku sulit mencari jalan keluarnya. Bukankah itu sahabat sejati?” tanyaku.

Azlina hanya diam, lalu meneguk minuman hangat yang kian sejuk mengikuti suhu di sekitar kami. Irama musik jazz yang diputar di dalam kafe benar-benar serasi dengan suasana gerimis di luar. Kadang suara saxophone-nya begitu indah, terkadang pula memilukan. Aku menempelkan jemariku di kaca jendela di samping meja yang kami tempati, lalu meliuk-liukkannya menjadi lukisan. Kata Azlina, lukisan itu mirip wajah, tepatnya menyerupai dua wajah wanita. Aku diam saja ketika ia menanyakan wajah siapa itu. Jemariku semakin lincah melukis uap air yang mengembun di kaca yang menghadap ke dalam itu. Di bagian kaca sebelah luar, tempias menyisakan aliran-aliran air hujan, membentuk sungai vertikal. Senja semakin tua dengan mendung yang menggelayut hitam menahan senyum sang surya yang kian condong ke ufuk.

Aku tak bisa menahannya ketika ia mengajakku pamit. Kukatakan padanya bahwa aku masih ingin di sini bersama hujan di bulan ini, Desember. Aku membiarkannya melangkahkan kaki dari kafe itu. Dari dalam aku perhatikan dia membuka payung pink-nya yang lebar. Lalu membuka langkah sedikit lebar menghindari genangan air hujan di tepi jalan. Lalu menghilang.

Sebentar lagi Azlina diwisuda. Sementara di kampungnya, sebuah desa di Bengkalis, sebuah sekolah telah menantinya untuk mengajar. Bukan itu saja, kepala sekolah SMA yang menawarinya itu sudah menjamin dia menjadi PNS jika dia sudah mengajar sejak beberapa bulan kemarin. Tapi dia masih kuliah. Sementara aku, jangankan ditawari bekerja, melamar kerja pun belum tentu diterima. Aku lebih senang menjalani kehidupan sebagai seorang penulis freelance. Di akhir-akhir kuliahku, aku kian banyak menulis di berbaga media cetak di Pekanbaru. Meski honornya tak seberapa, tapi kukumpulkan untuk biaya hidup dan kuliah di kota metropolis ini.

Senja ini, aku kembali mendapati sore yang basah. Langit tak cerah, masih berawan dan masih memuntahkan isinya sedari tadi. Wajah Azlina berubah di mataku. Ia terlihat senyum, lebih respon dan terkadang agresif. Akhir-akhir ini perasaanku tak sama dibanding biasanya terhadap Azlina. Aku selama ini mengenalnya hanya dalam batasan sahabat dekat saja. Tapi terkadang aku merasakan kehilangan saat ia tak bisa kutemui dalam beberapa waktu. Ia bahkan muncul menjelma seorang yang kuidolakan karena semua kebaikannya kepadaku selama ini. Aku belum tahu maksudnya apa. Sementara perasaan itu menekan, aku harus bisa tetap mempertahankan posisinya bagiku, seorang sahabat. Aku bimbang mengatakan yang sebenarnya, karena takut persahabatan kami menjadi korban! Inilah yang kuhindari.

Hingga pada akhirnya, aku benar-benar tak bisa membohongi perasaanku. Tapi masih tersimpan rapi di dalam rak yang paling dalam, tak terkatakan. Begitu jugakah perasaanmu, Azlina?

Jakarta, Desember 2007

Cuaca hari ini benar-benar tidak bersahabat. Petir dan derasnya hujan bersahutan tak tentu arah. Untunglah aku sudah sampai di Jakarta dengan selamat meski sedikit kehujanan. Besok aku harus kembali masuk kantor menjalani rutinitas yang terkadang menjemukan. Aku bekerja di bagian public relations di sebuah perusahaan kontraktor minyak yang memiliki cabang dan beroperasi di Riau. Setumpuk laporan harus ku selesaikan sebagai oleh-oleh dari Riau selama seminggu kemarin.

Aku mengontrak sebuah rumah pinggiran kota Jakarta. Rumah pribadiku sebenarnya tidak jauh dari kontrakanku, hanya sesekali di ujung minggu aku habiskan waktu bersama Abdi, anakku dan keluargaku satu-satunya di Kota Jakarta. Kondisi rumahku belum bisa ditinggali, hanya bisa untuk bermain-main di halaman belakangnya yang telah kutanami dengan berbagai tanaman dan bunga. Butuh banyak uang untuk menyelesaikan keseluruhannya. Setelah kematian istriku tiga tahun lalu, aku seolah tak mampu lagi untuk melanjutkan mimpiku, membangun sebuah istana buat istriku tercinta, dan buah hatiku. Semua harapanku terkubur bersama hilangnya istriku tercinta. Untunglah aku masih memiliki Abdi. Aku tak bisa membiarkan Abdi mengalami kisah sedih seperti aku.

Akhir tahun ini Abdi memasuki usia 8 tahun. Di usianya yang dini aku menemukan kemandiriannya yang tak ubah seperti almarhum istriku, Azlen. Wataknya, wajahnya, senyumannya mampu menggantikan kehadiran istriku di kedalaman tasik rinduku. Bagiku Abdi adalah segalanya. Aku sudah tak sabar lagi menggendongnya, mencium keningnya, membakar ikan laut segar bersama di ujung minggu, dan serta berkotor-kotor menanam bunga di pot rumah baruku. Semua bayangan kerinduanku pada Abdi terus mengusik perjalananku menuju rumah. Mungkin dia sedang tidur saat ini.

Dari bandara Soekarno-Hatta menuju rumah kini aku harus menggunakan jasa taksi. Biasanya aku dijemput Azlen dari bandara sehingga aku tak repot-repot menumpang taksi. Sudah lama aku tidak menyetir mobil bersamanya. Tiba-tiba istriku berada di depan menyetir mobil, dan terus tersenyum sambil menoleh ke arahku. Senyumnya merekah menyibakkan aroma harum seisi mobil.

“Shriiitt....!!!” Taksi berhenti tiba-tiba.

“Maaf, Pak,” ucap sopir kepadaku. Ia merasa kenyamananku terganggu gara-gara ia hampir menyerempet seorang gadis di depan taksi. Lalu ia menggerutu sesukanya.

Wajah senyum sumringah Azlen langsung berubah menjadi wajah kesal sopir taksi. Pelan-pelan taksi kembali berjalan dalam hujan. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang saat melihat wajah yang berlalu dari samping taksi yang kutumpangi. Dialah yang hampir terserempet taksi barusan. Aku merasa sangat mengenal wajah wanita itu tapi aku benar-benar lupa siapa sebenarnya dia. Dia berjalan di trotoar dengan payung pink menuju jembatan penyeberangan, dan hilang. Aku masih merasa mengenal payungnya yang berwarna pink. Ah.. mungkin aku pernah mengenalnya dalam mimpi.

Senja kian merayap dan perlahan-lahan beranjak pergi. Malam ini datang tidak sendiri. Ia menjelma bersama kilatan cahaya yang berbunyi menggelegar, bersama muntahan mendung yang tak tahu kapan berhentinya.

Entah dari mana musababnya, jari-jari tanganku mulai menari-nari di kaca mobil. Aku benar-benar tak tahu reflek tanganku yang terus-menerus melukis di kaca itu. Padahal aku sudha lama sekali tidak melakukan hal seperti itu. Wajah itu kembali hadir dalam ruang mindaku. Wajah yang sepuluh tahun lalu selalu sempat mengganggu konsentrasi kuliahku.

“Permisi, Pak,” ucap sopir taksi. Sejurus kemudian iapun berlalu.

Aku berlari kecil menuju rumah.

Aku menuju kamar. Abdi tertidur pulas. Selama ini Abdi kutinggal bersama Pak Heru, pria yang biasa menjaga dan merawat rumahku yang belum selesai kubangun. Dia sudah kuanggap abahku sendiri. Dia juga yang sering memberi nasehat maupun masukan-masukan ketika aku terlupa.

Dari dekat kuperhatikan wajah putra semata wayangku yang benar-benar menghapus segala kepenatanku seharian tadi. Dialah kini harapanku satu-satunya. Aku harus mampu menjadikan orang tua yang baik dan harus mampu menjadikan diriku seperti Azlen di hadapannya.

Pulau Padang, Awal 2008

Malam hanya menyisakan suara jangkrik dan sesekali diselingi keras suara burung hantu di hutan yang kian gundul jauh dari rumah. Suara televisi sudah mati. Suara mesin diesel genset yang menghiasai malam di kampung tertinggal ini juga sudah ikut mati. Tak ada lampu benderang yang bertahan hingga pagi, kecuali saat ada pesta perkawinan. Di dinding hanya lampu teplok yang sudah berumur, yang selalu kuisi minyaknya saat dulu sebelum aku berangkat ke surau untuk mengaji. Rumah panggung ini agak reot, berbunyi-bunyi jika kita berjalan di lantainya. Dari hasil kerjaku, sedikit-sedikit aku kirimkan juga uang untuk keperluan abah dan emak di rumah ini. Sekarang rumah ini jauh berbeda sebelum aku tinggal dulu. Sekarang sudah bercat, plafonnya juga bagus. Tapi lantainya tetap saja berbunyi-bunyi jika dipijak, menandakan sudah tua.

Kampung ini jauh tertinggal. Dibandingkan dengan Pekanbaru, jauh sekali. Ibukota propinsi yang kaya, yang penuh dengan aroma arogansi hegemoni dan kemegahan semu. Sementara kampung ini, jangan dibangun, dipijak saja oleh Bupati tak pernah. Dulu hutannya lebat. Kini tak lagi setelah meranti, ramin, mentangor, dan semacamnya, tak henti-henti ditebang, lalu dijual ke Malaysia.

Abdi tak juga mau tidur dari tadi. Aku senagaja mengajakknya ke kampung mengisi liburan sekolah dan tahun baru bersama keluarga di sini. Malam ini di kota-kota pasti sedang pesta pora, menyulut kembang api dan kerjaan lainnya yang membuang-buang duit. Aku lebih senang berkumpul berasama keluarga, bersama Abdi. Lalu akan menghabiskan malam dengan sejuta kenangan masa lalu di kepalaku, sebelum matahari tahun depan menyinari hariku.

“Ayah, Abdi kangen sama bunda. Kenapa cepat sekali dia meninggal ya, Ayah?”

“Bunda pergi karena sayang sama Abdi. Bunda itu selalu bersama Abdi, bersama ayah, dan bersama kita berdua saat kita di mana saja...”

“Tapi Abdi kangen ingin sama bunda sekarang.”

“Kan ada nenek sama tante Uli? Mereka sayang sama Abdi seperti bunda menyayangi Abdi.”

“Iya, tapi Abdi pingin banget ketemu bunda.”

“Iya, tidur yang cepat ya, biar nanti ketemu bunda dalam mimpi.”

“Yah, tadi siang di pantai Abdi ketemu dengan bu guru. Dia sayang banget sama Abdi. Dia mirip bunda. Dialah guru Abdi di sekolah di Jakarta.”

“Iya-iya. Tapi sekarang sudah malam. Cepetan tidur. Besok nenek marah kalau telat solat subuhnya.”

Kali ini Abdi terus mengoceh tentang gurunya. Beberapa kali dia menyebut nama Azlina, ibu guru yang mengajarinya di sekolah. Aku sempat terkejut mendengar nama itu sementara ia terus menceritakan kebiasaan-kebiasaan gurunya yang tak ubahnya seperti Azlina, hingga akhirnya Abdi tertidur sendiri.

Aku bengong sendiri dan semakin penasaran. Diakah Azlina yang pernah menjadi sahabatku dulu? Kekasih tak terungkapku dulu? Aku tak bisa memejamkan mata. Satu jam lebih tahun 2007 berlalu. Tapi aku semakin tak kuasa menahan bayangan wajahnya yang pernah menghiasi ruanganku sepuluh tahun silam. Apakah dia Azlina yang lain? Apakah payung itu masih belum rusak? Ah, mungkin namanya sama, tapi tidak orangnya. Pasti ini pasti hanya kebetulan. Persis seperti di film-film Indonesia. Aduhai, kenapa perasaanku sekarang benar-benar tak tenang, tak tentram. Aku tak mampu sedetikpun memejamlan mata. Aku melirik jam dinding, sudah pukul 4 pagi. Aku harus bertemu dengannya besok.

****
“Anakku bilang kamu mengajar di Jakarta. Bagaimana bisa sejauh itu?”

“Mungkin takdirlah yang membawaku ke sana. Setelah mengajar honorer di Bengkalis, meski gajinya lumayan tapi aku ingin mencoba mencari hal baru di luar. Aku tinggal bersama kakakku dan mencoba mencari kerjaan di Jakarta. Akhirnya aku diterima honorer di sekolah anakmu.”

“Aku pernah melihatmu, tapi aku ragu sekali waktu itu.”

“Barangkali orang lain.”

“Tidak. Itu kau. Engkau hampir terserempet taksi yang aku tumpangi. Setelah aku merenung-renung, aku teringat bahwa itu kau, karena payung pink ada di tanganmu waktu itu.”

“Aku selalu membawa payung ke manapun pergi. Bukankah sedia payung sebelum hujan?”

“Kenapa payung itu? Apa kau hanya punya itu saja dari dulu?”

“Ada memori tak terlupakan ketika aku membuka payung itu.”

“Memori? Memori tentang apa?”

“Tentang kau. Memori saat kau memberikan hadiah payung itu.Aku sangat menikmatinya ketika mengenang hal itu kembali. Aku sangat senang dengan pemberian payungmu itu.Kau memberikanku setelah kau melukiskan dua wajah aneh di kaca jendela saat hujan. Itulah kebiasanmu saat hujan turun. Aku ingat betul saat itu di bulan Desember.”

Aku, Azlina, dan butiran pasir pantai semua hanya diam. Tak ada kata apa-apa yang mampu untuk kuucapkan. Hanya angin yang masih mau berhembus mengelus-elus dan deburan ombak yang saling berkejaran ke tepian pantai seakan ingin mendekati kaki-kaki kami. Awal pertemuan tadi bagiku sangat-sangat mengharukan, aku bahkan merasakan suatu memori masa muda yang sangat indah ketika bertemu dengan Azlina Aku serasa ingin mendekapnya untuk sekian lama, untuk mengobati kehilangan setelah sepuluh tahun tak bertemu. Namun, harus bersikap dewasa, apalagi aku telah menjadi seorang ayah.

“Kenapa kau tak pernah memberitahuku mengenai pernikahanmu?” tanya Azlina mencairkan suasana yang sejenak terdiam seribu bahasa.

“Aku bahkan tidak ingin mengingatmu lagi waktu itu, Azlina.”

“Tega sekali.”

“Kau tak tahu kenapa aku tidak mau mengenangmu?”

“Kau membenciku, Rio.”

“Tidak, Azlina. Aku begitu mencintaimu...”

Azlina terkejut, lantas memandangku untuk sekian lama. Aku hanya memalingkan wajah maluku ke laut. Biarlah laut menjadi pelampiasan amarah batin yang tak pernah terungkap. Aku plong. Biarlah kukatakan sejujurnya meski aku jantung ini berdegup kencang, seolah menyedot semua energiku. Sekilas aku melihat Abdi yang sedang bermain-main di sana bersama Andi, keponakanku yang sengaja ku ajak untuk menemani Abdi bermain. Aku masih tetap diam.

“Ketika engkau pergi meninggalkan Pekanbaru, aku begitu merasa kehilangan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Kesedihanku waktu itu adalah karena ternyata kita benar-benar tidak akan pernah betemu lagi. Apalagi kau tak pernah memberitahu kabar dan keberadaanmu setelah itu.”

“Kenapa kau tak pernah mengatakannya, Rio?”

“Aku tak mampu, Azlina. Aku akui itulah kesalahan terbesar ku selama ini. Apakah aku juga bersalah padamu?” aku beranikan diri melahap matanya. Ada air mata mengalir di pipinya yang putih bersih.

“Engkau benar-benar tega, Rio. Bahkan untuk diriku yang senantiasa menanti saat-saat seperti yang kau katakan barusan. Aku letih menantimu, Rio. Menunggu kepastian yang tak pernah datang. Terakhir aku mendengar kabar pernikahanmu. Sungguh sakit, Rio,” jawabnya. Wajahnya mulai basah.

“Maafkan aku, Azlina. Aku akui aku benar-benar bersalah akibat ketidakberdayaanku mengatakan hal yang sesungguhnya kepadamu. Meski aku sangat mencintai almarhum istriku, tapi sekarang aku sungguh mengharapkanmu, Azlina. Aku ingin kita melewati hidup bersama lagi dalam ikatan yang sah...”

“Rio. Aku tidak bisa. Maafkan aku....”

Hanya itu kata yang terakhir aku dengar dari Azlina sebelum ia berlari meninggalkanku dengan seribu tangis. Aku tertunduk sendiri, menatap dalam-dalam butiran pasir halus. Sungguh aku tak kuasa mendengar jawabannya.

Pekanbaru, Januari 2008

Aku dan Abdi bersiap memasuki kabin pesawat untuk meninggalkan Riau menuju Jakarta. Aku berusaha meninggalkan semua beban dan kenangan masa lalu sebelum aku memasuki kabin pesawat. Aku harus menjalani kehidupan baru di tahun baru. Biar ku balut sendiri segala luka yang pernah ada, walau aku tak bisa menjamin ada penawarnya.

Di kampungku, di Pulau Padang, hari ini sebuah pesta nan mewah digelar. Dua hari sebelum keberangakanku ke Pekanbaru tenda biru dan pelaminan sudah tertata indah di sebuah rumah mewah. Rumah itu miliki seorang pemuda yang sukses menjadi juragan minyak di kampungku. Dialah yang hari ini secara resmi menikah dengan seorang gadis jelita dari desa seberang, seorang guru yang telah lama aku kenal. Mereka pasti bahagia.

Undangan itu masih kupegang, lalu kubolak-balik mengikuti perasaan yang kian basah, sebasah Desember lalu. Kupandangi satu persatu huruf yang membentuk nama di dalam undangan itu, nama yang suatu saat dulu dan kemarin pernah menjadi bagian hidupku. Aku benar-benar- remuk.

Bersama anakku, aku memilih kursi di tepi untuk lebih mudah melihat cakrawala dari jendela pesawat. Tanganku hanya memegang undangan pernikahan itu, tak mampu sedetik pun untuk melukiskan lagi embun di kaca jendela itu seperti di senja-senja Desember lalu.***



Pekanbaru, Januari 2008

Sazali Habib adalah mahasiswa Unri. Peminat sastra dan tergabung dalam komunitas FLP Pekanbaru.Tinggal di Pekanbaru.

Read More......

Mengungkap Misteri Kehidupan Penyu Belimbing dengan Satelit


Tidak banyak informasi yang diketahui tentang Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) karena hampir seluruh hidupnya dihabiskan untuk bermigrasi menjelajahi samudera.




Namun penelitian menggunakan satelit transmisi oleh WWF Indonesia di Jamursba Medi, Papua, bekerjasama dengan lembaga penelitian internasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), belum lama ini berhasil menyibak rahasia pengembaraan hewan langka tersebut.

Sepuluh ekor Penyu Belimbing yang dipasangi transmitter dipunggungnya dan dilepas dari pantai Jamursba Medi, Papua, pada Juli 2003 lalu, menurut pantauan satelit, kini salah satunya berada di Pantai Barat Amerika Serikat, tepatnya di Monteray Bay, sekitar 25 km dari Golden Bridge, San Fransisco.

Ini berarti, Penyu Belimbing tersebut telah mengarungi Samudera Pasifik dan menempuh jarak sekitar 6000 mil dari habitat asalnya di Papua dalam jangka waktu lebih dari satu tahun!

Dibandingkan penyu lainnya, Penyu Belimbing memiliki tingkat migrasi paling tinggi. Kenyataan bahwa mereka gemar bermigrasi melewati kawasan yang produktif untuk kegiatan perikanan terutama di Pasifik, membuat jenis ini beresiko tinggi tertangkap rawai nelayan tradisional maupun kapal ikan besar.

Nah, dengan menggunakan teknologi satelit, para peneliti dapat mengidentifikasi jalur migrasi Penyu Belimbing, yang hasilnya bisa dipakai sebagai acuan untuk menyusun langkah-langkah perlindungan wilayah jelajah (home range) jenis penyu tertua itu.

Penyu Belimbing - disebut juga Leatherbacks - dilindungi sebagaimana diatur dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1. Saat ini diperkirakan hanya sekitar 2.300 penyu betina dewasa yang tersisa diseluruh Samudera Pasifik.

Jamursba Medi, yang terletak di pantai utara Kepala Burung Papua merupakan salah satu tempat peteluran utama bagi Penyu Belimbing. Hanya ada dua tempat yang masih menyimpan stok Penyu Belimbing di Samudera Pasifik, yaitu di Pasifik Utara termasuk di pantai-pantai Meksiko, Nikaragua, dan Costa Rica, dan di Pasifik Barat yakni di pantai-pantai Kepulauan Solomon, Vanuatu, Malaysia dan Papua (termasuk juga Papua Nugini).

Dengan semakin menurunnya populasi penyu belimbing di daerah peteluran di Malaysia dan Meksiko, Papua otomatis menjadi daerah peteluran terakhir sekaligus terbesar yang tersisa di seluruh Samudera Pasifik.

Hewan unik

Misteri kehidupan Penyu Belimbing sebenarnya telah lama menarik minat para peneliti dunia. Semula, para ilmuwan menduga sebagian besar Penyu Belimbing yang ditemukan menepi di pantai California atau yang tertangkap rawai nelayan di Hawaii, berasal dari Pasifik Utara atau tepatnya dari pantai peteluran Meksiko. Akan tetapi analisis DNA menunjukkan bahwa penyu-penyu tersebut berasal dari Pasifik Barat, yaitu dari pantai peteluran di Papua dan sekitarnya.

Hewan yang beratnya bisa mencapai 600-900 kg, dan merupakan salah satu reptil terbesar itu memang menyimpan rahasia pengembaraan yang unik. Dimulai dari tukik yang baru menetas dengan berat kurang dari 200 gram, penyu kecil tersebut berenang ke laut lepas dan baru kembali ke darat setelah berat badannya mencapai sekitar 600 kilogram, hanya untuk bertelur! Bayangkan, betapa panjang masa yang dihabiskannya menjelajahi laut.

Hanya penyu betina dewasa yang ’mampir’ kedaratan selama sekitar tiga jam dalam setiap masa bertelur untuk meletakkan 60-120 telurnya, lalu kembali ke laut, dan naik lagi ke daratan untuk bertelur 2-3 tahun kemudian.

Sayangnya, dari 1.000 telur Penyu Belimbing yang menetas, hanya satu hingga lima ekor yang hidup menjadi dewasa hingga puluhan tahun. Selain akibat aktivitas nelayan - yang menangkap penyu sebagai tangkapan samping - populasi Penyu Belimbing terancam serius oleh perburuan liar untuk mendapatkan telur, daging, dan cangkangnya. Begitu juga karena pencemaran laut; terutama oleh sampah plastik yang sering tertelan penyu karena disangka ubur ubur kesukaannya.

Sebagai pemangsa utama ubur-ubur, Penyu Belimbing menjadi pengatur keseimbangan populasi ubur-ubur di alam. Berlebihnya populasi ubur-ubur dapat menyebabkan penurunan populasi ikan, khususnya ikan-ikan dengan nilai komersial yang laku dipasaran, dikarenakan ubur-ubur adalah pemangsa utama larva ikan tersebut. Dengan demikian, pelestarian Penyu Belimbing memberikan manfaat bagi ikan, manusia dan industri nelayan.

Sumber: www.kompas.com, 12 Mei 2005

Read More......

Ramadhanku Kali Ini

Pernah aku posting pada Sep 28, 2007 di Multiply
Alhamdulillah, tiada kata yg pantas terucap saat aku kembali merasakan kembali suasana ramadhan tahun ini. Indah, dan penuh dengan aroma 'memory kampong'. Sedihnya, hingga akhir ramadhan ternyata aku bekum juga bisa puasa, sahur, dan buka bersama keluarga tercinta di desaku, desa yg terus terpencil jauh dari hiruk pikuk kota dan simpel. Puasa kali ini ku jalani seperti biasanya, sambil menikmati aktivitas harian yg sok-sok padat. Padahal tak terlalu.

Awalnya, sambil beraktivitas, aku punya target untuk khatam quran. Tapi nyatanya, sampai sekarang baru beberapa juz saja yang bisa aku selesaikan. Itu karena kadang aku lelah sekali dan kadang sampe tertidur baca alquran. Apalagi, sekarang aku harus banyak menghabiskan waktu di kantor, biasalah.

Tarawih, beberapa bolong, karena kecapekan. Puasa? Ya tidaklah. Alhamdulillah tidak sama sekali, dan mudah2an sampe akhir Ramadhan. Aktivitasku di siang & malam? Selanjutnya nanti aku tulis.***

Read More......

Traveling to Batam-Singapore


Pernah aku posting Sep 4, 2007 di Multiply

Akhirnya, sampai jg keinginan saya utk jln-jln ke Singapura. Ehmm-ehmmm...tapi berat bro, nenteng tas yg isinya peralatan keponakan, ya maklum aja, namanya bayi. Sebelum ketemu & kenalan sama patung Merlion, kami nginep di Batam dulu, karena sebenarnya acara intinya itu di Batam, tepatnya di Harris Ressort (kuereen banget resortnya..!!) Udah itu, baru melanglang ke negeri Singapura. Dasarnya ndeso, sekali ke Singapura ya celingak-celinguk.. (habis, kotanya keren abiiz & bersih bgt, kayak di film-film hollywood itu)



Read More......

Go to Medan & Toba Lake

Aku posting pada Jan 10, 2007 di multiply
Menempuh perjalanan selama lebih 24 jam sangat melelahkan. Kondisi diperparah lagi dengan banjir di Rohil sehingga harus ngantri 3 jam. Dengan dua mobil kami sekeluarga berangkat jam 6 pagi Jumat dan baru tiba di Medan jam 7.30 Sabtu.


Kelelahan selama diperjalanan segera terobati ketika kami betemu dengan Keluarga di Medan setelah bertahun-tahun ngga ketemu. Haruu.. Minggu sore setelah menghadiri pesta nikah, kami menuju Istana Maimoon, sebuah istana yang dulunya sgt megah. Keesokan harinya kami pulang dan mampir dulu ke dana Toba. Pokoknya seru banget dech..:)

Read More......

Pesona di Rupat Island

Aku posting pada Jul 1, 2007 di multiply
Pulau Rupat benar-benar menyimpan pesona yang indah. Pulau yang berhadapan langsung dengan negara Malaysia ini memiliki keindahan pantai yang alami dengan penduduk yang sangat ramah. Keindahan pantai yang eksotis ini menurut saya belum sempurna jika belum menaiki tower mercusuar dengan 12 anak tangga menuju ke puncaknya (1 anak tangga=4 m).


Dari tingkat paling atas, saya merasakan keindahan alam yang sangat agung. Pemandangan ke sekeliling tanpa batas, suasana sunset, dan bahkan pulau terluar Malaysia juga bisa dinikmati dari sini, meski samar-samar. Canda tawa kegirangan kami tak terbendung, layaknya 'wong ndeso' yang baru melihat suasana baru. Pulau-pulau kecil yang berseberangan dengan rupat, seperti P. Babi, P. Beruk, dan Beting Aceh jelas sekali kelihatan. Beting Aceh merupakan hamparan pasir yang membentuk pulau dan ditumbuhi oleh tumbuhan yang ketika pasang hanya kelihatan tumbuhannya saja. Di beting Aceh ini, anak-anak SMUN Rupat merayakan kelulusan mereka sehari sebelum kedatangan kami di Pulau Rupat.

Sebelum naik ke mercusuar, kami berkendara beberapa kilometer dengan sepeda motor di bibir pantai yang memiliki pasir putih sepanjang 13 km di sepanjang pantai utara Rupat. warga di sana tergakang lebih memilih berkendara di pantai dari pada melalui jalan desa ketika air surut. Pemandangan vegetasi pinus yang berjejer di sepanjang pantai menambah indahnya pemandangan pulau rupat.

Perjalanan perdana ke Rupat merupakan salah satu kegiatan akademis, yakni dalam tujuan Praktek Umum. Saya bertolak bersama 4 rekan satu jurusan (Ilmu Kelautan) yang memiliki tujuan desa yang berbeda. Tidak satupun di antara kami yang pernah ke sana, benar-benar bermodal nekat dan keahlian berbicara. Seorang kenalan di Pekanbaru yang asli penduduk Rupat tidak bisa ikut rombongan kami, hanya beberapa 'petuah' darinya yang saya jadikan sebagai 'guide'. Karena saya yang mengajak ketiga rekan untuk PU di Rupat, maka sayapun bertanggung jawab sebagai pimpinan rombongan ini. Al hasil, PU yang sangat mengkhawatirkan pada awalnya berubah menjadi sangat berkesan pada akhirnya.

Perjalanan ke pantai kami laksanakan di sela hari-hari kami mengambil data primer dan sekunder tentang kondisi kelautan dan perikanan di berbagai desa di Rupat. Suasana laut Rupat dengan gelombang yang lumayan besar memang benar-benar kami rasakan ketika kami mengambil data primer di laut dengan melakukan pengukuran terhadap berbagai parameter perairan Rupat.

Read More......

Kisah Bikin Passport

Aku psoting pada May 10, 2007
Pagi tadi lumayan cerah. Ngga biasanya aku ke pasar dengan adik sepupuku membeli perlengakapan dapur dan perut. Hitung-hitung lebih irit kan, daripada aku beli nasi di rumah makan. Pulang, aku langsung bersiap ke kantor Imigrasi, jam 08.10 aku berangkat, sedikit ngebut (90 km/jam). Aku udah janjian ama kakak iparku untuk kerumahnya terlebih dahulu, lalu kami berangkat bersama-sama dengan keponakanku yang termuda, Fathur (11 bulan, gemuk, lucu abizz).


Kami janji mo ngelanjutin bikin paspor yg diserahkan dua hari yg lalu. Ini ceritanya mo jalan-jalan ke singapore lah. Sesudah nyerahin tanda terima, eh, kami ngantri untk wawancara hampir setengah jam, berdiri, aku gendong in Fathur, ya ampun... Tanganku pegel bgt, apalagi nungguin nama kami yg ga dipanggil-panggil.

Kakakku bawain brg2 si kecil, sementara abangku udah ke kantor setelah ngantar kami. Akhirnya "Nefya Kurniahati, Sila Sazali, Fathur Rizqi!!" dipanggil oleh petugas. Si kecil usil bukan main, aku mo nulis jawaban petugas wawancarapun kerepotan.

Selsai itu, lain lagi ceritanya, kami ngantri berjam-jam utk dipanggil kasir. Kasir ngga manggil2 nama kami, aku pun maju menanyakannya. Ternyata, nama kami udah ada, cuma ngga dipanggil, Ya ampuuun pikirku.. Eh, ternyata kami disuruh Foto esoknya lagi. Bayangin, kami udh nunggu lama, ternyata disuruh melanjutkan besok.. huhh.

Read More......